KURIKULUM MERDEKA
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Makarim telah mengganti kurikulum
pendidikan Indonesia menjadi Kurikulum Merdeka Belajar. Sebelumnya, kurikulum
yang digunakan yaitu Kurikulum 2013. Meskipun penerapan Kurikulum Merdeka
Belajar belum sepenuhnya dilaksanakan di seluruh daerah di Indonesia, namun
mayoritas instansi pendidikan, terutama yang berada di kota besar, telah
beralih ke Kurikulum Merdeka Belajar. Apa itu Kurikulum Merdeka Belajar?
PENGERTIAN
KURIKULUM MERDEKA
Seperti dijelaskan pada situs resmi
Kemendikbud Ristek, Kurikulum Merdeka atau sering disebut juga dengan Kurikulum
Merdeka Belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam, di mana konten yang disajikan kepada siswa akan lebih optimal dengan
tujuan agar peserta didik dapat memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep
serta menguatkan kompetensi.
Dalam Kurikulum Merdeka, guru memiliki
keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum Merdeka
menggunakan basis projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila.
Projek ini dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh
pemerintah. Projek tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran
tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
TUJUAN
KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
Mengapa Kurikulum Merdeka ini
diterapkan untuk mengganti kurikulum yang sebelumnya? Terdapat beberapa tujuan
yang ingin dicapai pemerintah melalui penerapan kurikulum ini, di antaranya
yaitu:
- Membuat
sekolah dan pemerintah daerah memiliki otoritas untuk mengelola sendiri
pendidikan yang sesuai dengan kondisi di daerahnya masing-masing
- Membentuk
SDM yang berkualitas unggul dan berdaya saing tinggi
- Menyiapkan
bangsa untuk menghadapi tantangan global era revolusi 4.0
- Menguatkan
pendidikan karakter melalui Profil Pelajar Pancasila
- Menjadi
kurikulum baru yang sejalan dengan tuntutan pendidikan abad ke-21
- Meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia secara keseluruhan
LATAR
BELAKANG KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
Kurikulum Merdeka Belajar
dilatarbelakangi oleh adanya hasil Programme for International
Student Assessment (PISA) yang menunjukkan bahwa 70% siswa
berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan
sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak
mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10-15 tahun terakhir. Selain itu,
terdapat kesenjangan besar antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam
hal kualitas belajar yang diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.
Untuk mengatasi hal tersebut,
Kemendikbud Ristek melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus yang
kemudian disebut sebagai Kurikulum Darurat. Kurikulum ini diterapkan untuk
memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada
masa pandemi. Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat
menunjukkan bahwa penggunaan kurikulum tersebut dapat mengurangi dampak pandemi
sebesar 73% untuk literasi dan 86% untuk numerasi. Efektivitas Kurikulum
Darurat ini semakin menunjukkan bahwa perubahan kurikulum penting untuk
dilakukan secara lebih komprehensif. Maka dari itu, disusunlah Kurikulum
Merdeka sebagai kurikulum baru yang lebih komprehensif dibandingkan kurikulum
sebelumnya.
Prinsip
Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar
Terdapat tiga prinsip pembelajaran
Kurikulum Merdeka Belajar, yakni sebagai berikut:
1.
Pembelajaran Intrakurikuler
Pembelajaran ini dilakukan secara
terdiferensiasi sehingga siswa dapat mendalami konsep sesuai waktu yang
dibutuhkan dan guru dapat memilih perangkat ajar sesuai karakteristik siswanya.
2.
Pembelajaran Kokurikuler
Pembelajaran ini berupa projek
penguatan Profil Pelajar Pancasila yang berfokus pada pengembangan karakter dan
kompetensi umum siswa.
3.
Pembelajaran Ekstrakurikuler
Pembelajaran ini dilaksanakan sesuai
dengan minat yang dimiliki siswa serta sumber daya yang dimiliki satuan
pendidik.
Struktur
Kurikulum Merdeka Belajar
Secara umum, struktur Kurikulum Merdeka
Belajar didasari oleh tiga hal, yaitu berbasis kompetensi, pembelajaran yang
fleksibel, serta karakter Pancasila. Selain itu, terdapat pula beberapa prinsip
lain yang digunakan untuk pengembangan struktur Kurikulum Merdeka, yaitu
sebagai berikut:
1.
Struktur Minimum
Struktur kurikulum minimum ditetapkan
oleh pemerintah pusat. Namun, satuan atau instansi pendidikan dapat
mengembangkan program dan kegiatan sesuai dengan visi, misi, serta sumber daya
yang dimiliki oleh masing-masing instansi.
2.
Otonomi
Kurikulum Merdeka Belajar memberi hak
otonomi pada satuan pendidikan serta guru untuk merancang proses dan materi
pembelajaran yang relevan dan kontekstual.
3.
Sederhana
Struktur Kurikulum Merdeka Belajar
dibuat sederhana, artinya perubahan dari kurikulum sebelumnya dibuat seminimal
mungkin, namun tetap signifikan. Tujuan, arah perubahan, dan rancangannya pun
dibuat dengan jelas agar mudah dipahami dan diterapkan.
4.
Gotong Royong
Pengembangan kurikulum ini merupakan
hasil kolaborasi dan gotong royong dari puluhan institusi, di antaranya yaitu
Kementerian Agama, universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya. Selain
itu, untuk implementasinya pun juga didasarkan pada asas gotong royong karena
satuan sekolah atau guru tidak bisa menerapkan kurikulum ini sendiri, namun
harus bekerja sama dengan pihak lainnya yang terlibat, termasuk siswa dan orang
tua.
Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar
Implementasi isi kurikulum ini dapat
dilaksanakan melalui tiga tahapan sebagai berikut:
1.
Asesmen Diagnostik
Tahap pertama yaitu guru melakukan
asesmen diagnostik yang merupakan asesmen awal untuk mengenali potensi,
karakteristik, kebutuhan, perkembangan, serta pencapaian dari pembelajaran.
Asesmen ini umumnya dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran, kemudian hasil
asesmen akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan perencanaan yang lebih
lanjut.
2.
Perencanaan
Tahap kedua, yaitu guru menyusun
perencanaan mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan selama periode
tahun ajar sesuai dengan hasil asesmen diagnostik. Selain itu, guru juga bisa
mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan mereka supaya pembelajaran
dapat lebih tepat sasaran.
3.
Pembelajaran
Setelah dilakukan asesmen dan
perencanaan, maka tahap terakhir yaitu pembelajaran. Selama masa pembelajaran,
guru tidak hanya akan melaksanakan sesuai perencanaan, namun juga melakukan
asesmen formatif secara berkala. Hal ini bertujuan agar guru bisa mengetahui
seperti apa progress pembelajaran siswa
dan menyesuaikan metode pembelajaran jika diperlukan. Pada akhir proses
pembelajaran, guru dapat melakukan asesmen sumatif sebagai proses evaluasi ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Pemakaian
ChatGPT dalam Pembelajaran Siswa
Dunia pendidikan saat ini tidak hanya
dihadapkan dengan kurikulum baru, namun juga dihadapkan dengan berbagai
teknologi baru yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, salah satunya yaitu
ChatGPT (Generative Pre-trained Transformer). ChatGPT
merupakan software berteknologi AI yang
dapat digunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan beragam aktivitas
sehari-hari mereka, termasuk kegiatan belajar mengajar. Guru bisa memanfaatkan
aplikasi ini untuk membuat pembelajaran di sekolah lebih menarik dan
interaktif.
Meskipun ChatGPT dapat membantu siswa
belajar, namun perlu diketahui bahwa penggunaannya juga memiliki risiko,
seperti keamanan data dan risiko bias. Oleh karena itu, penggunaan ChatGPT
dalam pendidikan sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan guru agar tetap bijak
dan bertanggung jawab.
Jelajah
Ilmu sebagai Solusi Pembelajaran Siswa
Dalam penerapan Kurikulum Merdeka
Belajar, diperlukan suatu platform pendidikan
yang mumpuni agar kegiatan belajar mengajar dapat selaras dengan kebutuhan
pendidikan era modern. Salah satu platform pendidikan
terbaik yang bisa digunakan yaitu Jelajah Ilmu. Jelajah Ilmu merupakan platform pendidikan yang dapat membantu para guru
untuk menciptakan pengalaman belajar yang paling efektif dan mudah bagi
siswa.
Jelajah Ilmu dapat digunakan untuk
menunjang pembelajaran secara hybrid. Misalnya
guru memberikan materi pembelajaran secara offline di
sekolah, kemudian guru dapat memberi tugas secara online melalui platform. Kemudian,
pengumpulan tugas pun juga dapat dilakukan secara online sehingga tugas yang diberikan dapat
terdokumentasi dengan baik. Selain itu, guru juga bisa membuat lembar ujian
dengan skema penilaian yang akurat pada platform Jelajah
Ilmu, sehingga ujian juga bisa dilaksanakan secara online tanpa perlu mencetak soal ujian pada
kertas.
Kurikulum Merdeka Belajar sangat cocok diterapkan
menggunakan platform canggih Jelajah Ilmu.
Gabungan keduanya akan menciptakan pendidikan modern yang dibutuhkan untuk
menghadapi revolusi 4.0. Oleh karena itu, instansi sekolah maupun guru
sebaiknya menggunakan platform Jelajah
Ilmu dalam kegiatan belajar mengajarnya.







Tidak ada komentar:
Posting Komentar